Semeru Erupsi, 178 Pendaki Terpaksa Bertahan di Ranu Kumbolo

BUKTI MEDIAGunung Semeru kembali mengalami erupsi pada akhir pekan, memaksa ratusan pendaki terjebak dan harus bertahan di sekitar Ranu Kumbolo. Data terbaru dari pos pengamatan mencatat sebanyak 178 pendaki belum bisa turun akibat meningkatnya aktivitas vulkanik dan kondisi yang belum aman untuk evakuasi. Situasi ini memaksa tim gabungan melakukan penanganan darurat sambil memastikan kebutuhan logistik dan keselamatan para pendaki tetap terpenuhi.

Erupsi terjadi tiba-tiba pada sore hari ketika sebagian besar pendaki sedang dalam perjalanan menuju Kalimati dan beberapa lainnya berkemah di Ranu Kumbolo. Semburan abu yang tebal dan peningkatan status Semeru membuat jalur pendakian dihentikan sementara. Pendaki diminta berlindung dan menunggu hingga kondisi memungkinkan untuk proses evakuasi terencana.

Erupsi Mengirimkan Abu Setinggi 700 Meter

Berdasarkan laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), erupsi kali ini mengeluarkan kolom abu setinggi sekitar 700 meter dari puncak Semeru. Abu vulkanik terbawa angin ke arah barat daya dan memperburuk jarak pandang di beberapa titik jalur pendakian.

Status gunung ditetapkan pada level waspada dan seluruh aktivitas warga maupun pendaki dalam radius aman diminta dihentikan. Tim pengamat di Pos Pemantauan Gunung Semeru menyebutkan bahwa aktivitas meningkat dalam kurun 24 jam terakhir dengan gempa hembusan dan guguran tercatat lebih sering dari biasanya.

Dengan kondisi tersebut, jalur pendakian resmi langsung ditutup untuk umum. Tidak hanya untuk mencegah calon pendaki masuk, tetapi juga untuk memfokuskan seluruh sumber daya dalam penanganan 178 pendaki yang masih bertahan di kawasan atas.

178 Pendaki Menunggu Evakuasi di Ranu Kumbolo

Ranu Kumbolo menjadi lokasi titik aman sementara bagi para pendaki yang tidak bisa turun. Tim penyelamat menilai bahwa lokasi danau ini relatif aman dari potensi material guguran dan aliran lahar panas. Di sana, para pendaki diminta tetap berkumpul, meminimalkan pergerakan, dan menjaga kondisi kesehatan hingga proses evakuasi menyeluruh dilakukan.

Beberapa pendaki yang berhasil dihubungi melalui telepon mengaku bahwa kondisi di lapangan masih terkendali. Mereka tetap bisa bertahan dengan perbekalan yang ada meski sebagian mulai menipis. Sebagian pendaki membawa persediaan logistik untuk perjalanan tiga hari, namun dengan penundaan evakuasi, kebutuhan air dan makanan menjadi perhatian utama.

Sejumlah pendaki juga dilaporkan mengalami kelelahan dan batuk akibat paparan abu vulkanik, membuat tim medis relawan dan Basarnas harus bergerak cepat mengirim bantuan.

Tim Gabungan Bergerak dari Dua Arah

Proses evakuasi para pendaki dilakukan melalui jalur Ranupani sebagai jalur pendakian resmi. Tim gabungan dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Basarnas, TNI, Polri, relawan gunung, dan warga setempat bergerak menyusuri jalur pendakian untuk membawa logistik sekaligus memandu turunnya para pendaki.

Evakuasi dilakukan secara bertahap mengingat medan cukup licin akibat guguran abu dan potensi hujan yang bisa memicu aliran lahar dingin. Tim harus memastikan bahwa rombongan turun dalam kondisi aman dan tidak terpisah dari rombongan.

Selain jalur utama, tim juga menyiapkan jalur alternatif jika jalur utama tertutup akibat aktivitas guguran atau kondisi cuaca ekstrem. Komunikasi radio diaktifkan penuh untuk memastikan koordinasi berjalan lancar.

Helikopter Disiapkan Jika Kondisi Memburuk

Pusat Pengendalian Operasi Kebencanaan (Pusdalops) BPBD menyatakan bahwa opsi evakuasi udara dengan helikopter disiapkan jika kondisi memburuk atau pendaki mengalami masalah kesehatan serius yang tidak memungkinkan evakuasi jalur darat. Namun, evakuasi udara hanya menjadi opsi terakhir mengingat lokasi di Ranu Kumbolo tidak memiliki ruang yang ideal untuk pendaratan helikopter.

Proses pemantauan kondisi gunung dilakukan setiap beberapa menit oleh pos pemantau. Jika terjadi peningkatan letusan yang membahayakan jalur evakuasi, seluruh tim di lapangan harus mengambil keputusan cepat, baik menarik mundur tim penyelamat maupun mempercepat evakuasi pendaki.

Ranu Kumbolo Masih Aman, Tetapi Logistik Menipis

Beberapa pendaki mengaku masih bertahan dengan perbekalan yang tersisa. Beberapa kelompok melakukan pembagian logistik untuk memastikan semua anggota rombongan mendapatkan makanan cukup. Tim penyelamat yang tiba lebih dulu membawa tambahan makanan kering, minuman, serta masker untuk menjaga pendaki dari paparan abu yang semakin pekat.

Beberapa pendaki dilaporkan mengalami iritasi mata dan pernapasan akibat abu vulkanik. Tim medis memberikan pertolongan pertama di lokasi sambil menunggu giliran evakuasi turun.

Aktivitas Semeru Masih Berpotensi Meningkat

Dalam analisis sementara, aktivitas vulkanik Semeru saat ini masih dalam fase fluktuasi. BPPTKG menyebutkan adanya potensi erupsi susulan yang bisa terjadi kapan saja. Oleh karena itu, semua aktivitas di radius empat kilometer dari puncak dilarang keras.

Kawasan aliran lahar juga diminta dihindari khususnya saat turun hujan. Sejumlah sungai yang berhulu di Semeru seperti Sungai Kobokan diawasi ketat karena sering menjadi jalur aliran material vulkanik.

Pemkab Lumajang Buka Posko Informasi

Pemerintah Kabupaten Lumajang membuka posko informasi dan layanan darurat bagi keluarga pendaki yang ingin memantau kondisi anggota keluarganya yang masih berada di atas. Posko ini menyediakan update berkala terkait aktivitas evakuasi dan kondisi cuaca serta pergerakan tim lapangan.

Sementara itu, masyarakat sekitar juga menggelar dapur umum untuk mendukung kebutuhan tim penyelamat dan pendaki yang tiba pada gelombang pertama evakuasi.

Penutup: Keselamatan Pendaki Jadi Prioritas

Tim penyelamat memastikan bahwa keselamatan para pendaki adalah prioritas utama. Hingga berita ini diturunkan, proses evakuasi masih berlangsung dan tim gabungan terus berusaha menurunkan seluruh pendaki secara bertahap.

Gunung Semeru masih berada dalam status waspada, sehingga seluruh pihak diminta menaati aturan pendakian resmi dan tidak memaksakan diri mendaki saat gunung sedang berada dalam kondisi aktif. Kejadian ini kembali menjadi peringatan bahwa pendakian gunung aktif selalu memiliki risiko dan memerlukan kesiapan fisik, peralatan, dan kepatuhan pada aturan keselamatan.

By admin