BUKTI MEDIA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan imbauan kepada warga dan pemerintah daerah (Pemda) terkait perkembangan bibit siklon tropis 96S yang berada di Samudra Hindia bagian selatan. BMKG menegaskan bahwa meski bibit siklon ini masih dalam tahap awal, potensi pengaruh terhadap cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia tidak bisa diabaikan.
Kepala BMKG dalam keterangan persnya menyampaikan bahwa bibit siklon 96S berpotensi menimbulkan gelombang tinggi, hujan lebat, angin kencang, dan peningkatan risiko banjir serta tanah longsor di daerah pesisir maupun dataran tinggi.
Wilayah yang Berpotensi Terdampak
BMKG telah memetakan sejumlah wilayah yang berpotensi terdampak bibit siklon 96S, antara lain:
- Wilayah pesisir barat Sumatra
- Laut Jawa bagian selatan
- Wilayah Nusa Tenggara dan sekitarnya
- Bagian selatan Sulawesi
Masyarakat di wilayah tersebut diimbau untuk tetap waspada, terutama nelayan, pelaku transportasi laut, dan warga yang tinggal di kawasan rawan banjir atau longsor. BMKG menekankan pentingnya memantau informasi cuaca terkini melalui kanal resmi.
Imbauan untuk Warga
BMKG mengeluarkan sejumlah imbauan bagi masyarakat agar tetap aman dan meminimalkan risiko:
- Pantau informasi resmi: Selalu mengikuti update cuaca melalui website, media sosial resmi BMKG, dan aplikasi mobile.
- Hindari aktivitas berisiko: Nelayan disarankan menunda pelayaran dan kegiatan di laut hingga kondisi membaik.
- Persiapkan logistik darurat: Warga di daerah rawan banjir atau longsor diminta menyiapkan kebutuhan pokok, obat-obatan, dan perlengkapan darurat.
- Waspada hujan lebat dan angin kencang: Pastikan saluran air tidak tersumbat dan perkuat bangunan rumah untuk mengurangi risiko kerusakan.
BMKG juga mengingatkan pentingnya komunikasi dengan RT/RW atau posko bencana lokal agar warga dapat bertindak cepat jika terjadi situasi darurat.
Imbauan untuk Pemerintah Daerah
Selain warga, BMKG memberikan arahan kepada Pemda untuk mengambil langkah-langkah preventif, antara lain:
- Menyiapkan posko bencana: Aktivasi posko darurat untuk koordinasi tanggap bencana.
- Edukasi masyarakat: Menginformasikan risiko bibit siklon dan langkah mitigasi kepada warga melalui berbagai kanal komunikasi.
- Pemantauan wilayah rawan: Petugas BPBD diminta melakukan pengecekan daerah rawan banjir, longsor, dan abrasi pantai.
- Koordinasi lintas sektor: Sinergi antara BPBD, TNI, Polri, dan pihak terkait untuk menyiapkan evakuasi cepat bila diperlukan.
Langkah-langkah ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari bibit siklon 96S, terutama bagi masyarakat yang berada di kawasan pesisir dan daerah rawan bencana.
Potensi Dampak Cuaca Ekstrem
BMKG menekankan bahwa bibit siklon 96S berpotensi menimbulkan sejumlah fenomena cuaca ekstrem:
- Hujan lebat hingga ekstrem: Berisiko menyebabkan banjir di daerah dataran rendah dan pemukiman padat.
- Angin kencang: Dapat merusak atap rumah, pohon tumbang, dan infrastruktur ringan.
- Gelombang tinggi: Nelayan dan transportasi laut diimbau untuk menunda aktivitas sampai kondisi membaik.
- Tanah longsor: Daerah perbukitan dan pegunungan berpotensi mengalami longsor akibat intensitas hujan tinggi.
BMKG mengingatkan bahwa meski bibit siklon ini masih berada di tahap awal, kombinasi faktor cuaca lokal dan interaksi dengan sistem meteorologi lain dapat memperkuat dampak yang dirasakan.
Kesiapsiagaan dan Tindakan Mitigasi
Untuk menghadapi potensi dampak, BMKG menekankan pentingnya kesiapsiagaan bersama antara warga dan pemerintah daerah. Beberapa tindakan mitigasi yang direkomendasikan:
- Memastikan jalur evakuasi bersih dari hambatan.
- Memperkuat bangunan rumah dan fasilitas umum yang rawan kerusakan.
- Menyediakan peralatan darurat, seperti lampu senter, makanan siap saji, dan obat-obatan.
- Mengikuti instruksi resmi dari BMKG dan pemerintah daerah.
Kerjasama antara masyarakat, Pemda, dan aparat terkait menjadi kunci dalam mengurangi risiko bencana yang mungkin timbul.
BMKG mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk tetap waspada terhadap perkembangan bibit siklon 96S. Meskipun masih dalam tahap awal, potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, gelombang tinggi, dan tanah longsor dapat terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
Kesiapsiagaan warga, sinergi Pemda, serta pemantauan informasi resmi dari BMKG menjadi langkah penting untuk mengurangi risiko dan dampak dari fenomena cuaca ini. Dengan tindakan preventif dan mitigasi yang tepat, masyarakat dapat menghadapi potensi bencana dengan lebih aman dan terencana.