Pengusaha Travel Ini Bicara Perubahan Tren Wisata Warga RI ke China

BUKTI MEDIA Industri pariwisata Indonesia menunjukkan pergeseran signifikan dalam tren perjalanan ke China. Berdasarkan pengamatan pengusaha travel ternama di Jakarta, wisatawan Indonesia kini lebih memilih destinasi budaya dan belanja modern, dibanding sekadar wisata religi atau kunjungan wisata klasik.

Bapak Arief Santoso, pemilik PT Global Travelindo, menyebutkan bahwa tren ini muncul karena tingginya minat masyarakat terhadap pengalaman belanja, kuliner, dan destinasi modern seperti Shanghai, Beijing, dan Guangzhou.

“Wisata ke China sekarang bukan hanya tentang sejarah, tapi juga tentang modernitas, pengalaman unik, dan lifestyle,” ujarnya.

Dampak Normalisasi Pasca Pandemi

Setelah pandemi COVID-19 melandai dan pembatasan perjalanan internasional dicabut, terjadi lonjakan kunjungan warga Indonesia ke China.

“Kami melihat peningkatan booking tiket sekitar 35% dibanding dua tahun terakhir. Wisatawan ingin mengejar pengalaman yang tertunda selama pandemi,” kata Arief.

Selain itu, pemerintah China yang mulai melonggarkan proses visa dan protokol kesehatan membuat perjalanan semakin mudah, sehingga masyarakat lebih terdorong untuk menjadwalkan perjalanan ke China.

Destinasi Favorit Wisatawan RI

Menurut Arief Santoso, destinasi favorit wisatawan Indonesia kini lebih berfokus pada:

  1. Shanghai dan Beijing – Menawarkan kombinasi wisata modern dan sejarah, seperti The Bund, Forbidden City, dan Disney Shanghai.
  2. Guangzhou dan Shenzhen – Destinasi belanja elektronik, fashion, dan kuliner yang menarik bagi kalangan muda dan keluarga.
  3. Chengdu dan Xi’an – Untuk pengalaman budaya dan sejarah, seperti Giant Panda Base dan Terracotta Army.

“Wisatawan Indonesia kini mencari pengalaman yang Instagramable dan edukatif, sehingga rencana perjalanan kami menekankan kombinasi antara sejarah, kuliner, dan lifestyle,” tambah Arief.

Perubahan Profil Wisatawan

Tren baru ini juga memengaruhi profil wisatawan. Arief menjelaskan bahwa saat ini, mayoritas klien travelnya adalah keluarga muda, profesional, dan pelajar, berbeda dengan tren sebelumnya yang lebih didominasi oleh kelompok senior dan wisatawan religi.

“Kami menyadari bahwa generasi muda lebih tertarik pada aktivitas interaktif, kuliner unik, dan spot foto menarik, sehingga paket perjalanan kami menyesuaikan kebutuhan tersebut,” ujarnya.

Pengaruh Digitalisasi dan Media Sosial

Media sosial menjadi faktor penting dalam perubahan tren ini. Banyak wisatawan memutuskan destinasi berdasarkan review, video, dan rekomendasi di platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube.

“Sekarang calon wisatawan sering bertanya tentang lokasi yang bagus untuk foto, tempat kuliner trending, dan rekomendasi belanja. Digital marketing sangat memengaruhi perilaku booking,” kata Arief Santoso.

Strategi Travel Menyesuaikan Tren

Untuk menghadapi tren ini, PT Global Travelindo melakukan beberapa langkah strategis, antara lain:

  1. Menyusun paket wisata fleksibel – Wisatawan bisa memilih destinasi favorit mereka tanpa harus mengikuti itinerary kaku.
  2. Kolaborasi dengan agen lokal di China – Untuk akses lebih mudah dan pengalaman lokal autentik.
  3. Penekanan pada keamanan dan kenyamanan – Mengingat perjalanan internasional masih sensitif pasca pandemi.
  4. Pemanfaatan platform digital – Pemesanan tiket, akomodasi, dan tur bisa dilakukan melalui aplikasi mobile.

Strategi ini membuat perusahaan travel lebih kompetitif dan mampu menarik segmen wisatawan muda dan keluarga modern.

Perubahan Perilaku Belanja dan Konsumsi

Tren wisata juga memengaruhi pola belanja dan konsumsi wisatawan RI di China. Banyak wisatawan kini lebih memilih belanja di mall modern, mencoba kuliner lokal, dan mengikuti workshop budaya, dibanding sekadar membeli oleh-oleh.

Arief menambahkan, “Wisatawan cenderung mencari pengalaman yang berbeda, seperti cooking class, tea ceremony, atau aktivitas seni, yang memberi nilai tambah selain belanja.”

Tantangan dan Peluang

Meski tren positif, ada beberapa tantangan yang dihadapi travel agent, termasuk:

  • Fluktuasi harga tiket dan akomodasi di China, terutama saat high season.
  • Peraturan visa dan imigrasi yang berubah sewaktu-waktu.
  • Persaingan ketat antar agen travel yang menawarkan paket serupa.

Namun, Arief optimis peluang tetap besar. Dengan penyesuaian paket, pengalaman wisata yang unik, dan layanan personal, travel agent dapat menarik lebih banyak wisatawan Indonesia ke China.

Prospek Jangka Panjang

Berdasarkan tren saat ini, Arief Santoso memprediksi bahwa wisata Indonesia ke China akan terus meningkat hingga beberapa tahun ke depan. Generasi muda, keluarga, dan profesional yang mencari pengalaman unik akan menjadi motor pertumbuhan.

“Kami melihat adanya pergeseran mindset, dari hanya ingin berwisata ke tujuan mainstream, menjadi mencari pengalaman interaktif dan edukatif. Ini membuka peluang besar bagi travel agent yang inovatif,” jelasnya.

Perubahan tren wisata warga Indonesia ke China menunjukkan adaptasi masyarakat terhadap modernitas, digitalisasi, dan pengalaman baru. Travel agent seperti PT Global Travelindo menyesuaikan strategi dengan paket fleksibel, kolaborasi lokal, dan pengalaman interaktif untuk menarik wisatawan muda dan keluarga.

Fenomena ini tidak hanya mencerminkan pertumbuhan industri pariwisata pasca pandemi, tetapi juga pergeseran perilaku konsumen yang lebih menghargai pengalaman, edukasi, dan lifestyle dalam perjalanan mereka. Dengan strategi inovatif, sektor travel dapat memaksimalkan potensi pasar dan menghadirkan pengalaman wisata yang lebih berkualitas bagi masyarakat Indonesia.

By admin